Pemilihan Instrumen Investasi Bagi Organisasi Nirlaba
Source : https://www.firstadvantagebanking.com/investments.htm
Organisasi nirlaba melakukan investasi sebagai upaya untuk memaksimalkan dan menunjukkan kemandirian keuangan organisasi. Saat ini, berbagai jenis pilihan instrumen investasi bisa ditemukan. Tentu saja, suatu instrumen yang baik adalah instrumen yang memberikan hasil optimal dengan risiko yang rendah. Suatu organisasi nirlaba harus mampu mengidentifikasi instrumen investasi yang tepat dan dinilai cocok untuk organisasinya. Pada kenyataannya, instrumen investasi yang dipilih disesuaikan dengan karakterisik investor/identitas organisasi nirlaba.
Suatu organisasi nirlaba memiliki tujuan investasi yang beragam. Namun, bagi sebuah organisasi yang berorientasi untuk tidak menghasilkan keuntungan, investasi dengan jangka waktu yang pendek dan mudah dilikuidasi/dicairkan menjadi pilihan yang tepat. Mengapa demikian?
Hal ini berkaitan dengan luikiditas dana yang diinvestasikan. Instumen investasi bagi sebuah organisasi nirlaba diharapkan bersifat lebih mudah untuk dicairkan. Tentu saja, apabila organisasi sedang dalam kondisi kekurangan dana tunai, maka instrumen investasi dengaan likuiditas yang lebih mudah mampu menolong kebutuhan dana organisasi. Contonya adalah pembelian deposito, tabungan atau investasi emas.
Keuntungan investasi jangka pendek memberikan keuntungan tersendiri bagi para pelaku investasi. Kemudahan dan likuiditasnya yang tinggi dengan proses yang cepat, hasil investasi (return) mengikuti laju inflasi dan suku bunga pasar (harga naik maka hasil juga naik), tingkat keamanannya yang bebas dari risiko pengembalian dan bebas eksposur terhadap kerugian. Namun, kerugian dari investasi jenis ini tentu saja hasil investasinya yang cenderung rendah dan hasilnya dipengaruhi oleh naik atau turunnya suku bunga pasar.
Dalam melakukan investasi, hal-hal yang perlu diperlukan adalah sebagai berikut:
- Tujuan investasi
- Tingkat risiko yang dapat diterima
- Likuiditas atau kebutuhan akan dana tunai di masa depan
- Kemampuan mengelola investasi
- Jangka waktu investasi
- Hasil investasi
Sebelum memilih investasi, perlu dingat bahwa dana yang akan diinvestasikan merupakan dana program, sehingga pilihan untuk mengambil instrumen investasi dengan risiko tinggi tidak dianjurkan. Misalnya, investasi saham di pasar modal kurang sesuai untuk organisasi nirlana karena memiliki risiko yang relatif tinggi.
Source : http://www.pymnts.com/news/2014/13-execs-on-apple-pays-one-month-anniversary
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi organisasi nirlaba untuk berinvestasi di pasar modal, contohnya melalui sekuritas. Sekuritas merupakan lembaran kertas yang menunjukkan hak pemodal (investor) untuk memperoleh bagian dari kekayaan sekuritas yang diambil.
Adapun beberapa jenis sekuritas antara lain:
- Saham : bukti tanda kepemilikan investasi.
- Obligasi : surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu instansi atau perusahaan.
- Obligasi konversi : obligasi yang dapat ditukar sebagai saham biasa pada waktu tertentu/sesudahnya.
- Serifikat right : sekuritas yang memberikan hak kepada pemiliknya (investor) untuk membeli saham baru dengan harga tertentu.
- Waran : sekuritas yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahan yang menerbitkan waran dengan harga dan waktu tertentu.
Dengan keberagaman jenis investasi ini, organisasi nirlaba dianjurkan untuk memiliki personil/konsultan ahli untuk mengelola investasi. Misalnya, apabila organisasi tertarik untuk berinvestasi dalam instrumen saham, maka dibutuhkan konsultan ahli yang paham mengenai pergerakan pasar modal. Namun, apabila hal ini justru menyulitkan atau menambah beban keuangan organisasi sebaiknya dicari alternatif lain investasi, seperti deposito. Hal ini dikarenakan investasi menggunakan deposito tidak memerlukan keahlian teknis maupun konsultan untuk memonitoring setiap hari.
Adapun tiga hal penting dalam melakukan investasi dan saling berkaitan adalah hasil investasi, risiko, jangka waktu. Sebuah investasi dengan jangka waktu yang lebih panjang diharapkan dapat memberikan hasil investasi yang lebih besar namun juga memiliki ketidakpastian dan risiko yang lebih besar pula.
Dengan demikian, keputusan untuk berinvestasi akan menunjukkan bahwa organisasi nirlaba selaku investor mampu untuk untuk memilih jenis investasinya, seberapa banyak investasi yang ingin diambil, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Hal ini akan membuktikan kemandirian keuangan bagi suatu organiasi nirlaba.
Referensi :
- Abdul Halim, Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta,
- Pahala Nainggolan (2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Jakarta: Yayasan Integrasi-Edukasi